-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Ketua PIM Aceh Prof Adjunct Dr Marniati Ajak Perempuan Aceh untuk Aktif Berkarya

Rabu, 21 Agustus 2024 | 01.27 WIB | Last Updated 2024-08-21T08:27:17Z

BANDA ACEH – Ketua Umum Perempuan Indonesia Maju (PIM) Aceh, Prof. Adjunct Dr. Marniati, MKes, mengajak seluruh kaum perempuan, khususnya di Aceh, untuk menjadi perempuan yang aktif berkarya dan berkontribusi bagi kemajuan daerah.

Menurut Marniati, perempuan memiliki peran penting dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari ekonomi, pendidikan, hingga politik.

Ajakan tersebut disampaikan Marniati saat menjadi pembicara dalam diskusi publik bertajuk "Inspirasi Kepemimpinan Perempuan: Peran Perempuan dalam Mengisi Kemerdekaan" yang berlangsung di Plenary Hall Universitas Ubudiyah Indonesia (UUI), Banda Aceh, pada Selasa (20/8/2024).

Dalam acara tersebut, Marniati membahas topik “Peran Perempuan dalam Pembangunan di Aceh” di hadapan para peserta diskusi yang hadir.
Turut hadir sebagai pembicara dalam diskusi tersebut, Kepala Perwakilan BKKBN Aceh Safrina Salim SKM MKes serta Ketua Komnas Perempuan RI periode 2015-2019, Azriana R Manalu SH. Diskusi ini juga dihadiri oleh 100 peserta yang merupakan perwakilan dari organisasi perempuan, unsur pemerintahan, swasta, dan masyarakat umum.

Dalam sambutannya, Marniati mengingatkan tentang sejarah panjang Aceh yang telah mengakui peran penting perempuan sebagai pejuang dan pemimpin. Ia mencontohkan pahlawan-pahlawan perempuan Aceh, seperti Cut Nyak Dhien dan Laksamana Malahayati sebagai sosok yang menginspirasi generasi sekarang.

“Perempuan sebenarnya memiliki kemampuan dan bakat yang luar biasa, hanya saja seringkali belum dioptimalkan dan tidak mendapatkan kesempatan. Oleh karena itu, perempuan harus menjadi pribadi yang kuat, mandiri, dan mampu menciptakan perubahan di sekitarnya,” tegas Marniati.

Lebih lanjut, Marniati menekankan bahwa dukungan dari negara dan pemerintah sangat penting dalam memaksimalkan peran perempuan. Ia mencontohkan kebijakan negara seperti Cina yang memberikan perlindungan dan hak khusus kepada perempuan, yang tidak hanya melindungi tetapi juga membantu mereka berkembang.

“Kita di Indonesia juga memiliki undang-undang yang mengatur peran dan hak-hak perempuan. Dengan demikian, saya yakin jika pemerintah mampu mengoordinasikan kepentingan perempuan dengan baik, maka perempuan di Aceh akan dapat bertumbuh dan berkembang dengan sangat baik,” ujar Marniati, yang juga merupakan Rektor Universitas Ubudiyah Indonesia.

Senada dengan Marniati, Safrina Salim, SKM MKes dalam pemaparannya yang bertema “Peran Perempuan dalam Menyiapkan Generasi Emas 2045 dari Perspektif Hukum Keluarga” menekankan bahwa peran perempuan sangat besar dalam mempersiapkan generasi emas.
“Perempuan adalah kunci kesuksesan yang akan diraih oleh generasi masa depan penerus bangsa,” ujarnya.
Ia menyebutkan saat ini total populasi Aceh mencapai 5,495.8 juta jiwa dan sebanyak 2,731.6 juta di antaranya adalah perempuan.

Menurut Safrina, angka ini menunjukkan bahwa perempuan memiliki potensi besar untuk membawa perubahan.
Sementara itu, Azriana R Manalu menyoroti peran perempuan dalam bidang politik. Dalam pemaparannya bertema “Hak-Hak Perempuan dalam Pilkada”, peran perempuan di bidang politik sudah diatur dalam undang-undang dan pemerintah wajib memenuhinya serta melindunginya.

“Oleh karena itu, saat ini kita bis alihat ada banyak perempuan yang mulai aktif dan ikut terjun di dunia politik baik di eksekutif maupun legislatif. Dan perempuan memiliki kuota 30% untuk keterwakilannya dalam bidang ini, sehingga tidak ada alasan lagi bagi kita para perempuan untuk tidak berkembang dan maju," tegas Azriana.(*)
close